Metabolit sekunder yang diproduksi
oleh berbagai organisme memang tidak memiliki peran yang cukup signifikan
terhadap keberlangsungan hidup dari organisme penghasilnya. Namun, metabolit
sekunder tersebut diketahui memiliki berbagai aktivitas biologi yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Berbagai aktivitas biologis dari metabolit sekunder
antara lain: antikanker, antibakteri, antioksidan dan antifungi (Cseke et al., 2006).
Pemanfaatan metabolit sekunder yang
terdapat dalam tanaman dapat dilakukan dengan mengkonsumsi langsung tanaman
penghasil metabolit sekunder atau melakukan isolasi terhadap metabolit sekunder
yang memiliki aktivitas biologis. Teknik mengisolasi senyawa metabolit sekunder
dari suatu bahan alam dikenal sebagai ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu
proses pemisahan zat yang diinginkan dari suatu material tanaman.
Metode ekstraksi mengandalakan sifat
kelarutan dari senyawa yang akan diekstrasi terhadap pelarut yang digunakan.
Berdasarkan hal tersebut, berbagai faktor dapat menentukan keberhasilan suatu
ekstraksi adalah waktu ekstraksi, perbandingan antara jumlah sampel terhadap
jumlah cairan pengekstraksi (jumlah bahan pengekstraksi), ukuran bahan, dan
suhu ekstraksi.
Waktu ekstraksi memberikan kontribusi
yang cukup besar terhadap keberhasilan ekstraksi yang dilakukan. Semakin lama
waktu ekstraksi akan memberikan kesempatan lebih besar bagi pelarut untuk
berinteraksi dengan senyawa yang akan diekstrak sehingga hasilnya juga
bertambah sampai titik jenuh larutan. Perbandingan jumlah pelarut dengan jumlah
bahan berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi, jumlah pelarut yang berlebihan
tidak akan mengekstrak lebih banyak, namun dalam jumlah tertentu pelarut dapat
bekerja optimal. Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi
hal ini dapat mengakibatkan beberapa komponen mengalami kerusakan. Penggunaan
suhu 50°C menghasilkan ekstrak yang optimum dibandingkan suhu 40°C dan 60°C
(Voight, 1994).
Pemilihan pelarut juga memberikan
kontribusi terhadap ekstrak yang didapatkan sehingga banyak faktor yang harus
diperhatikan dalam pemilihan pelarut (Guenther, 2006). Terdapat dua
pertimbangan utama dalam memilih jenis pelarut, yaitu pelarut harus mempunyai
daya larut yang tinggi dan pelarut tidak berbahaya atau tidak beracun. Pelarut
yang digunakan dalam ekstraksi harus dapat melarutkan senyawa yang diinginkan
saja, mempunyai kelarutan yang besar, tidak menyebabkan perubahan secara kimia
pada komponen ekstrak, dan titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat
(Bernasconi, 1995).
Optimasi terhadap metode ekstraksi
perlu dilakukan tetapi hal yang tidak kalah penting adalah pemilihan metode
ekstraksi yang digunakan. Pemilihan metode ekstraksi harus didasarkan pada
sifat dari material dan senyawa yang akan diekstraksi (Sarker et al., 2006). Berikut ini beberapa
metode ekstraksi yang dapat digunakan untuk memperoleh senyawa aktif yang
terdapat pada tanaman.
- Metode Maserasi
Maserasi berasal dari bahasa Latin
yaitu macerare yang artinya merendam.
Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan cara merendam serbuk dari bahan alam
dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat
terkandung dalam bahan alam tersebut terlarut dalam pelarut yang digunakan
(Ansel, 1989).
Penekanan utama pada maserasi adalah
tersedianya waktu kontak yang cukup antara pelarut dan jaringan yang diektraksi
(Guenter, 1987). Lamanya waktu maserasi berbeda-beda tergantung pada sifat atau
ciri campuran serbuk dan pelarut. Lamanya harus cukup supaya dapat memasuki
semua rongga dari struktur serbuk dan melarutkan semua zat yang mudah larut.
Lamanya maserasi dapat memerlukan waktu beberapa jam atau beberapa hari untuk
ekstraksi yang optimum. Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15-20ÂșC
dalam waktu selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut akan melarut (Ansel, 1989).
- Metode Perkolasi
Istilah perkolasi berasal dari bahasa
Latin “percolare” yang artinya
melalui dan merembes, secara umum dapat dinyatakan sebagai proses ekstraksi
dengan cara melewatkan pelarut secara perlahan-lahan melalui serbuk simplisia
dalam suatu kolom. Serbuk simplisia dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus
disebut perkolator (Ansel, 1989).
- Metode Sokhletasi
Sokletasi merupakan proses ekstraksi
yang dilakukan dengan menggunakan pelarut panas secara terus-menerus. Metode
sokhletasi dilakuan dengan membungkus bahan yang akan diekstrak dalam sebuah
kantong simplisia (kertas atau karton) di bagian dalam alat ekstraksi dari
gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan di
antara labu penyulingan dengan pendinginan aliran balik. Rangkaian tersebut
dihubungkan dengan labu melalui pipa labu tersebut berisi bahan pelarut dan
mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui sifon. Pelarut akan
berkondensasi di dalamnya, menetes di atas bahan yang akan diekstraksi dan menarik
keluar bahan yang diekstraksi. Pelarut yang mengandung senyawa lalu berkumpul
di dalam wadah gelas dan setelah
mencapai tinggi maksimalnya akan dipindahkan ke dalam labu alas bulat. Dengan
demikian zat yang terekstraksi terakumulasi melalui penguapan bahan pelarut
murni berikutnya (Voight, 1995).
Proses ekstraksi dianggap selesai bila
tetesan pelarut tidak bewarna lagi. Sokletasi digunakan untuk senyawa yang
tahan terhadap proses pemanasan dan
hanya dapat dipergunakan
untuk simplisia tumbuhan dalam
jumlah kecil karena keterbatasan daya tampung dari alat soklet tersebut
(Harborne, 1987).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar