11 Juli 2012

EXSTRAKSI METABOLIT SKUNDER


Metabolit sekunder yang diproduksi oleh berbagai organisme memang tidak memiliki peran yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan hidup dari organisme penghasilnya. Namun, metabolit sekunder tersebut diketahui memiliki berbagai aktivitas biologi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Berbagai aktivitas biologis dari metabolit sekunder antara lain: antikanker, antibakteri, antioksidan dan antifungi (Cseke et al., 2006).
Pemanfaatan metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman dapat dilakukan dengan mengkonsumsi langsung tanaman penghasil metabolit sekunder atau melakukan isolasi terhadap metabolit sekunder yang memiliki aktivitas biologis. Teknik mengisolasi senyawa metabolit sekunder dari suatu bahan alam dikenal sebagai ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu proses pemisahan zat yang diinginkan dari suatu material tanaman.
Metode ekstraksi mengandalakan sifat kelarutan dari senyawa yang akan diekstrasi terhadap pelarut yang digunakan. Berdasarkan hal tersebut, berbagai faktor dapat menentukan keberhasilan suatu ekstraksi adalah waktu ekstraksi, perbandingan antara jumlah sampel terhadap jumlah cairan pengekstraksi (jumlah bahan pengekstraksi), ukuran bahan, dan suhu ekstraksi.
Waktu ekstraksi memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap keberhasilan ekstraksi yang dilakukan. Semakin lama waktu ekstraksi akan memberikan kesempatan lebih besar bagi pelarut untuk berinteraksi dengan senyawa yang akan diekstrak sehingga hasilnya juga bertambah sampai titik jenuh larutan. Perbandingan jumlah pelarut dengan jumlah bahan berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi, jumlah pelarut yang berlebihan tidak akan mengekstrak lebih banyak, namun dalam jumlah tertentu pelarut dapat bekerja optimal. Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi hal ini dapat mengakibatkan beberapa komponen mengalami kerusakan. Penggunaan suhu 50°C menghasilkan ekstrak yang optimum dibandingkan suhu 40°C dan 60°C (Voight, 1994).
Pemilihan pelarut juga memberikan kontribusi terhadap ekstrak yang didapatkan sehingga banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut (Guenther, 2006). Terdapat dua pertimbangan utama dalam memilih jenis pelarut, yaitu pelarut harus mempunyai daya larut yang tinggi dan pelarut tidak berbahaya atau tidak beracun. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dapat melarutkan senyawa yang diinginkan saja, mempunyai kelarutan yang besar, tidak menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen ekstrak, dan titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat (Bernasconi, 1995).
Optimasi terhadap metode ekstraksi perlu dilakukan tetapi hal yang tidak kalah penting adalah pemilihan metode ekstraksi yang digunakan. Pemilihan metode ekstraksi harus didasarkan pada sifat dari material dan senyawa yang akan diekstraksi (Sarker et al., 2006). Berikut ini beberapa metode ekstraksi yang dapat digunakan untuk memperoleh senyawa aktif yang terdapat pada tanaman.
  1. Metode Maserasi
Maserasi berasal dari bahasa Latin yaitu macerare yang artinya merendam. Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan cara merendam serbuk dari bahan alam dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat terkandung dalam bahan alam tersebut terlarut dalam pelarut yang digunakan (Ansel, 1989).
Penekanan utama pada maserasi adalah tersedianya waktu kontak yang cukup antara pelarut dan jaringan yang diektraksi (Guenter, 1987). Lamanya waktu maserasi berbeda-beda tergantung pada sifat atau ciri campuran serbuk dan pelarut. Lamanya harus cukup supaya dapat memasuki semua rongga dari struktur serbuk dan melarutkan semua zat yang mudah larut. Lamanya maserasi dapat memerlukan waktu beberapa jam atau beberapa hari untuk ekstraksi yang optimum. Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15-20ÂșC dalam waktu selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut akan melarut (Ansel, 1989).
  1. Metode Perkolasi
Istilah perkolasi berasal dari bahasa Latin “percolare” yang artinya melalui dan merembes, secara umum dapat dinyatakan sebagai proses ekstraksi dengan cara melewatkan pelarut secara perlahan-lahan melalui serbuk simplisia dalam suatu kolom. Serbuk simplisia dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus disebut perkolator (Ansel, 1989).
  1. Metode Sokhletasi
Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang dilakukan dengan menggunakan pelarut panas secara terus-menerus. Metode sokhletasi dilakuan dengan membungkus bahan yang akan diekstrak dalam sebuah kantong simplisia (kertas atau karton) di bagian dalam alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan di antara labu penyulingan dengan pendinginan aliran balik. Rangkaian tersebut dihubungkan dengan labu melalui pipa labu tersebut berisi bahan pelarut dan mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui sifon. Pelarut akan berkondensasi di dalamnya, menetes di atas bahan yang akan diekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi. Pelarut yang mengandung senyawa lalu berkumpul di  dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimalnya akan dipindahkan ke dalam labu alas bulat. Dengan demikian zat yang terekstraksi terakumulasi melalui penguapan bahan pelarut murni berikutnya (Voight, 1995).
Proses ekstraksi dianggap selesai bila tetesan pelarut tidak bewarna lagi. Sokletasi digunakan untuk senyawa yang tahan terhadap proses  pemanasan  dan  hanya  dapat  dipergunakan  untuk  simplisia tumbuhan dalam jumlah kecil karena keterbatasan daya tampung dari alat soklet tersebut (Harborne, 1987).


Tidak ada komentar: