Karbon
aktif adalah senyawa karbon yang telah ditingkatkan daya adsorpsinya dengan
melakukan proses karbonisasi dan aktifasi. Pada proses tersebut terjadi
penghilangan hidrogen, gas-gas dan air dari permukaan karbon sehingga terjadi
perubahan fisik pada permukaannya. Aktifasi ini terjadi karena terbentuknya
gugus aktif akibat adanya interaksi radikal bebas pada permukaan karbon dengan
atom-atom seperti oksigen dan nitrogen.
Karbon
aktif terdiri dari 87 - 97 % karbon dan sisanya berupa hidrogen, oksigen, sulfur
dan nitrogen serta senyawa-senyawa lain yang terbentuk dari proses pembuatan.
Volume pori-pori karbon aktif biasanya lebih besar dari 0,2 cm3/gram.
Sedangkan luas permukaan internal karbon aktif yang telah diteliti umumnya
lebih besar dari 400 m2/gr dan bahkan bisa mencapai di atas 1000 m2/gr
(Sudibandriyo, 2003). Menurut Yang dkk, (2003) luas permukaan karbon aktif yang
dikarakterisasi dengan metode BET berkisar antara 300 – 4000 m2/gr.
Pada
dasarnya karbon aktif dapat dibuat dari semua bahan yang mengandung karbon baik
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, binatang maupun barang tambang seperti
berbagai jenis kayu, sekam padi, tulang binatang, batu bara, kulit biji kopi,
tempurung kelapa, tempurung kelapa sawit dan lain-lain (Manocha dan Satish,
2003). Bahan-bahan alami tersebut dipreparasi dengan cara karbonisasi dan
aktivasi sehingga menghasilkan karbon
aktif. Karbon aktif digunakan pada berbagai bidang aplikasi sesuai dengan
jenisnya.
Pada
abad XV, diketahui bahwa karbon aktif dapat dihasilkan melalui komposisi kayu
dan dapat digunakan sebagai adsorben warna dan larutan. Aplikasi komersial,
baru dikembangkan pada tahun 1974 yaitu pada industri gula sebagai adsorben
gas, dan menjadi sangat terkenal karena kemampuannya menyerap uap gas beracun
yang digunakan pada perang dunia 1.
Menurut
Suzuki (1990) karbon aktif dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis
sebagai berikut:
1. Karbon aktif granut
1. Karbon aktif granut
Jenis
ini berbentuk butiran atau pelet. Biasanya digunakan untuk proses pada fluida
fase gas yang berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut, pemisahan dan
pemurnian gas. Karbon aktif granul diperoleh dari bahan baku yang memiliki
struktur keras seperti tempurung kelapa, tulang dan batubara. Ukuran partikel
dari granul karbon aktif berbeda-beda tergantung pada aplikasinya. Untuk
aplikasi adsorpsi fase gas ukuran granul yang sering digunakan adalah 4x8 mesh
sampai 10x20 mesh dan untuk bentuk pelet memiliki ukuran partikel 4 mm – 6
mm.
Karbon
aktif powder umumnya diproduksi dari bahan kayu dalam bentuk serbuk gergaji,
ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan
struktur yang lemah. Jenis ini memiliki ukuran rata-rata 15–25 µm. Industri besar menggunakan karbon aktif powder untuk
penghilangan warna pada proses pembuatan makanan. Belakangan karbon aktif
powder digunakan pada water treatment
untuk air minum dan air limbah. Biasanya karbon aktif powder digunakan dalam fase cair yang berfungsi
untuk memindahkan zat-zat pengganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak
diharapkan.
Aplikasi
utama dari karbon aktif moleculer sieve
adalah pemisahan nitrogen dan oksigen dalam udara. Karbon aktif molecular
sieve merupakan suatu material yang menarik sebagai model karbon aktif
sejak memiliki ukuran mikropori yang seragam dan kecil.
Karbon
aktif fiber memiliki ukuran yang lebih kecil dari karbon aktif powder. Sebagian
besar karbon aktif fiber memiliki diameter antara 7–15 µm. Aplikasi karbon aktif fiber dapat
ditemukan dalam bidang perlakuan udara seperti penangkapan larutan.
Pada
prinsipnya pembuatan karbon aktif terdiri atas tiga proses sebagai berikut :
1. Pemilihan Bahan Dasar
1. Pemilihan Bahan Dasar
Persiapan
bahan dasar dalam pembuatan karbon aktif perlu dilakukan agar diperoleh karbon
aktif yang sesuai dengan tujuan. Persiapan bahan dasar dapat berupa pemilihan,
pembentukan, dan pembersihan bahan dasar. Dalam melakukan pemilihan bahan dasar
karbon aktif, beberapa kriteria yang harus dipenuhi diantaranya kemampuan
ketersediaan bahan dasar tersebut untuk skala industri, harganya tidak mahal,
memiliki kandungan karbon yang tinggi serta memiliki unsur inorganik (seperti
abu) yang rendah (Manocha Satish, 2003).
Berdasarkan
bentuk dan ukuran, karbon aktif terdapat dalam beberapa jenis seperti powder
dan granul. Biasanya disesuaikan dengan tujuan penggunaan, apakah untuk
penggunaan pada fase gas atau fase cair.
Karbon aktif bentuk powder umumnya digunakan untuk penyerapan fase cair
sedangkan bentuk granul utamanya digunakan untuk aplikasi pada fase gas. Selain itu kemurnian dari karbon
aktif merupakan parameter yang mempengaruhi kemampuan adsorpsi dari karbon
aktif (Bahl dkk, 1987). Oleh sebab itu bahan dasar perlu dipersiapkan dengan
melalui proses pencucian dengan larutan dan proses pengeringan.
2. Proses Karbonisasi
2. Proses Karbonisasi
Proses
karbonisasi adalah proses perlakuan
panas pada kondisi oksigen yang sangat
terbatas (pirolisis) terhadap bahan dasar (bahan organik). Proses pemanasan
tersebut menyebabkan terdekomposisinya bahan dan lepasnya komponen yang mudah
menguap dan karbon mulai membentuk struktur pori-pori. Dengan demikian bahan
dasar tersebut telah mimiliki luas permukaan tetapi penyerapannya masih relatif
kecil karena masih terdapat residu tar dan senyawa lain yang menutupi
pori-pori. Bahan dasar hasil karbonisasi disebut dengan karbon atau arang.
Menurut
Yang dkk, 2003, proses karbonisasi dilakukan pada temperatur 400-500 oC
sehingga material yang mudah menguap yang terkandung pada bahan dasar akan
hilang. Sedangkan menurut Satish, (2003) proses karbonisasi dilakukan pada
temperatur kurang dari 800 oC. Hsisheng, (1996) dalam penelitiannya
melakukan karbonisasi pada temperatur 800-950 oC. Nugroho Y, (2000) dalam penelitiannya
diperoleh batubara Tanjung Enim akan habis kandungan senyawa yang mudah menguap
(volatile matter) pada kisaran
temperature 850-950 oC.
3. Proses Aktivasi
3. Proses Aktivasi
Proses
aktivasi adalah proses perlakuan panas
dengan jumlah oksigen yang sangat terbatas (pirolisis) terhadap produk karbon.
Proses aktivasi ini menyebabkan terjadinya pelepasan hidrokarbon, tar dan
senyawa organik yang masih melekat pada karbon hasil karbonisasi. Menurut
Sontheimer, 1985 pada proses aktivasi
terjadi pembentukan pori-pori yang masih tertutup dan peningkatan ukuran serta
jumlah pori-pori kecil yang telah terbentuk. Dengan demikian karbon aktif hasil
aktivasi memiliki luas permukaan internal yang lebih besar. Karbon hasil
aktivasi disebut juga dengan karbon aktif.
Proses
aktivasi merupakan proses yang terpenting karena sangat menentukan kualitas
karbon aktif yang dihasilkan baik luas area permukan maupun daya adsorpsinya.
Proses aktivasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu aktivasi kimia dan
aktivasi fisika.
1. Aktivasi Kimia
1. Aktivasi Kimia
Aktivasi
kimia biasanya digunakan untuk bahan dasar yang mengandung sellulosa dan
menggabungkan antara tahap karbonisasi dan tahap aktivasi. Zat kimia yang dapat
mendehidrasi seperti phosforic acid
(H3PO4) atau KOH ditambahkan ke bahan dasar pada
temperatur yang telah dinaikkan. Produk ini kemudian akan mengalami pirolisis
termal yang mendegradasi selulosa lalu didinginkan dan terakhir agen
aktivasinya diekstraksi. Biasanya hasil proses ini adalah karbon aktif bubuk
densitas rendah. Aktivasi kimia ini bertujuan mengurangi pembentukan
pengotor dan produk samping dengan cara
merendam bahan mentah dalam senyawa kimia. Menurut Yang dkk, (2003) proses aktivasi kimia dilakukan
pada temperatur 500-900 oC dan activating
agent yang digunakan bervariasi seperti phosphoric
acid, zinc chloride, potassium sulfide, KOH dan NaOH.
2. Aktivasi Fisika
2. Aktivasi Fisika
Aktivasi
fisika disebut juga aktivasi termal. Menurut Satish, (2003) aktivasi fisika
adalah proses untuk mengembangkan struktur pori dan memperbesar luas permukaan
karbon aktif dengan perlakuan panas pada temperature 800-1000 oC
dengan mengalirkan gas pengoksidasi seperti uap atau karbondioksida. Hasil dari
proses aktivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain laju kenaikan
temperatur, laju aliran inert gas, temperatur proses, activating agent, lama proses aktivasi dan alat yang digunakan pada
penelitian tersebut (Marsh dkk, 2006)
Hsisheng,
(1996) melakukan penelitian pembuatan karbon aktif dari tiga jenis batubara
antracit pada temperatur aktivasi 900 oC dengan variasi waktu sampai
200 menit dan menggunakan CO2 sebagai activating agent. Diperoleh bahwa semakin lama proses aktivasi
dilakukan maka semakin besar kandungan batubara yang berkurang dan menghasilkan
luas permukaan yang semakin besar.
Bahan
dasar yang telah melalui proses karbonisasi dan aktivasi disebut dengan karbon
aktif. Karbon aktif merupakan jenis adsorben yang paling banyak digunakan sebab
adsorben jenis ini dinilai memiliki luas permukaan yang besar dan daya adsorpsi
yang paling baik diantara jenis adsorben lainnya (Cabe. dkk, 1999).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar