BAB I
Pendahulun
Logam
merupakan bahan pertama yang dikenal dan digunakan oleh manusia. Logam berat
masih termasuk golongan logam dengan kriteria yang sama dengan logam lain.
Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan
dan atau masuk ke dalam organisme hidup. Berbeda dengan logam biasa, logam
berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup (dalam kadar
tertentu). Tetapi, tidak semua logam berat mengakibatkan keracunan pada makhluk
hidup karena Logam berat merupakan unsur yang sangat dibutuhkan setiap mahluk hidup
(Palar, 1994). Logam berat ini bisa memberi efek kesehatan bagi manusia
tergantung pada bagian mana logam berat terikat dalam tubuh. Daya racun yang
dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses
metabolisme terputus.
Logam berat dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu logam
berat esensial dan non esensial. Logam berat esensial adalah logam yang
keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup,
namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam
berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, Ni dan lain sebagainya. Sedangkan logam
berat non esensial atau beracun adalah logam yang keberadaanya dalam tubuh
masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, Seperti Hg,
Cd, Pb, Cr dan lain-lain.
Menurut US
Department of Health and Human Services, batas kadar logam nikel dalam tanah,
air, dan tubuh manusia adalah 4-80ppm; 0,3-1,0 ppm dan 0,02 mg/kg/hari; dan
1-20 ppm; 0,5-10 ppm dan 0,7-2,0 mg/kg/hari, dan untuk logam kobalt adalah 1-20
ppm; 0,5-10ppm; dan 0,7-2,0 mg/kg/hari (US Department of Health and Human
Services,2005).
Kobalt
dan nikel merupakan logam berat yang bersifat esensial. Keduanya cukup berperan
dalam kebutuhan tubuh manusia. Kobalt adalah suatu unsur kimia dalam tabel
periodik yang memiliki lambang Co dan nomor atom 27. Warna sedikit berkilauan,
metalik, keabu-abuan. Penggolongan Metalik Ketersediaan, unsur kimia kobalt
tersedia di dalam banyak formulasi yang mencakup kertas perak, potongan, bedak,
tangkai, dan kawat. contoh besar dan kecil unsur kimia.
Unsur kimia kobalt juga merupakan suatu unsur dengan sifat
rapuh sedikit keras dan mengandung metal serta kaya sifat magnetis yang serupa
setrika. Unsur kimia kobalt adalah batu bintang. Kobalt adalah suatu isotop
yang diproduksi menggunakan suatu sumber sinar (radiasi energi tinggi).
Kobalt
merupakan salah satu logam unsur transisi dengan konfigurasi elektron 3d7
yang dapat membentuk kompleks. Kobalt yang relatif stabil berada sebagai Co(II)
ataupun Co(III). Namun dalam senyawa sederhana Co, Co(II) lebih stabil dari
Co(III). Ion – ion Co2+ dan ion terhidrasi [Co(H2O)6]2+
stabil di air. Kompleks kobalt dimungkinkan dapat terbentuk dengan berbagai
macam ligan, diantaranya sulfadiazin dan sulfamerazin. Sulfadiazin dan
sulfamerazin merupakan ligan yang sering digunakan untuk obat antibakteri.
Keduanya merupakan turunan dari sulfonamid yang penggunaannya secara luas untuk
pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan Gram-negatif tertentu,
beberapa jamur, dan protozoa (Siswandono dan Soekardjo : 1995 ).
Ion pusat dalam kompleks kobalt(II)
adalah Co2+. Kobalt adalah logam transisi golongan VIII B dan
terletak pada periode ke empat dalam sistem periodik unsur. Kobalt memiliki
bilangan oksidasi tertinggi IV, sedangkan kobalt(II) paling stabil di antara
bilangan oksidasi lainnya (Cotton and Wilkinson : 1988).
Kobalt dikenal sebagai perangsang
pembentukan sel darah merah yang baik. Ion kobalt +2 dalam kobalt klorida
diketahui dapat meningkatkan produksi sel darah merah. Kobalt dalam bentuk
Vitamin B12 juga mendukung proses metabolisme dan pembentukan sel
darah merah. Tetapi apabila kandungan kobalt yang diserap dalam tubuh berlebih
maka akan menyebabkan serangan jantung, asma, gangguan pernafasan dan kanker
paru-paru (Perez-Espinosa,2004).
Mengkombinasikan suatu kompleks
kobalt dengan aspirin secara signifikan merubah sifat-sifat anti-kanker molekul
tersebut, sebagaimana yang telah ditemukan oleh peneliti-peneliti di Eropa.
Penelitian mereka menjadi dasar untuk penemuan terapi-terapi anti-tumor baru
dengan menambahkan fragmen-fragmen organologam ke dalam obat tertentu.
Tim Ott telah meneliti spesies heksa karbonil dikobalt [Co2(CO)6]
yang terikat ke berbagai ligan alkil, dan menemukan bahwa aktivitas anti-kanker
dari kompleks kobalt ini lebih potensial ketika dikombinasikan dengan aspirin
dibanding senyawa lain.
Unsur kobalt di alam selalu
didapatkan bergabung dengan nikel dan biasanya juga dengan arsenik. Mineral
kobalt terpenting antara lain Smaltite (CoAs2), Cobalttite (CoAsS)
dan Lemacite (Co3S4). Sumber utama kobalt disebut
“Speisses” yang merupakan sisa dalam peleburan bijih arsen dari Ni, Cu, dan Pb.
Nikel
merupakan unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan
nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel
bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom dan logam lainnya,
dapat membentuk baja tahan karat yang keras, mudah ditempa, sedikit
ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan
listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobalt, yang dapat menghasilkan
alloy yang sangat berharga.
Nikel
ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751, merupakan logam berwarna putih
keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam logam
peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadap oksidasi dan
kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim (Cotton
danWilkinson, 1989).
Nikel diketahui
memiliki peranan penting dalam biologis mikroorganisme dan tumbuhan. Hal ini
dibuktikan bahwa dalam urease (enzim yang berperan dalam hidrolisis
urea) mengandung nikel. Tetapi apabila kandungan nikel yang diserap dalam tubuh
berlebih akan menyebabkan gangguan pernafasan, asma, sakit perut, kidney (kadar
protein berlebih dalam urin), kanker, dan gangguan kehamilan. Gangguan dari
efek logam nikel yang paling sering adalah alergi. Kira-kira 10-20% dari
populasi menunjukkan reaksi alergi terhadap nikel. Dari beberapa orang yang
mengalami alergi menunjukkan adanya gangguan pada kulit di sekitar kulit yang
terkena logam nikel. Gangguan yang lebih berbahaya terhadap logam nikel adalah bronchitis
kronik gangguan fungsi paru-paru dan kanker hati ( US Department of Health
and Human Services,2005)
Sejumlah nikel dapat
dilepaskan ke dalam tubuh dari makanan atau air yang prirono atau salah satu
yang telah terkontaminasi sebagai perkolasi panci mendidih. Secara khusus,
wadah stainless steel nikel dapat menutupi makanan
dengan menggunakan makanan yang asam dan suhu
fermentasi. Makanan yang merupakan sumber alami dari nikel adalah kelapa,
batu-buah-buahan, kedelai dan gandum, serta tiram atau salmon
yang menumpuk nikel dari air yang terkontaminasi.
Nikel dalam konsentrasi yang lebih
tinggi dapat hadir dalam sayuran seperti kacang polong, kacang-kacangan, bayam
kubis, dan selada. Beberapa tanaman dan bakteri dalam sistem enzimatik mereka
mengandung nikel, karena itu, dia milik unsur biogenik dalam populasi manusia
tetapi tidak dianggap sebagai nutrisi esensial. Tetapi dalam dunia fauna dari
beberapa hewan percobaan untuk menginduksi defisiensi nikel yang menyebabkan
penurunan pertumbuhan, morfologi normal, diyakini bahwa hal itu dapat berfungsi
sebagai ligan untuk meningkatkan penyerapan zat besi di saluran pencernaan.
Kobalt
dan Nikel dapat bermanfaat bagi tubuh jika membentuk suatu senyawa kompleks. Senyawa
kompleks memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi senyawa
ini meliputi bidang kesehatan, farmasi, industri, dan lingkungan. Senyawa
kompleks terbentuk akibat terjadinya ikatan kovalen koordinasi antara suatu
atom atau ion logam dengan suatu ligan (ion atau molekul netral). Logam yang
dapat membentuk kompleks biasanya merupakan logam transisi, alkali, atau alkali
tanah. Studi pembentukan kompleks menjadi hal yang menarik untuk dipelajari
karena kompleks yang terbentuk dimungkinkan memberi banyak manfaat, misalnya
untuk ekstraksi dan penanganan keracunan logam berat (Miessler and Tarr :
1991).
Proses pembentukan senyawa kompleks
koordinasi adalah perpindahan satu atau lebih pasangan elektron dari ligan ke
ion logam. Jadi, ligan bertindak sebagai pemberi elektron dan ion logam sebagai
penerima elektron. Sebagai akibat dari perpindahan kerapatan elektron ini,
pasangan elektron menjadi kepunyaan bersama antara ion logam dan ligan,
sehingga terbentuk ikatan pemberi penerima elektron. Keadaan-keadaan antara
mungkin saja terjadi, namun jika pasangan elektron itu terikat kuat pada kedua
sarah tersebut, maka ikatan kovalen sejati dapat terbentuk. Bergantung pada
susunan elektronnya, ion logam dapat menerima sejumlah pasangan elektron,
sehingga ion logam itu dapat berikatan koordinasi dengan sejumlah ligan. Jumlah
ligan yang dapat diikat oleh ion logam itu disebut bilangan koordinasi senyawa
kompleks (Sunarya, 2003).
Senyawa yang tersusun atas satu atom pusat, biasanya
logam atau molekul netral disebut senyawa kompleks. Anion atau molekul netral
disebut senyawa kompleks. Anion atau molekul netral yang memiliki atom pusat
atau kelompok atom itu disebut dengan ligan. Jika ditinjau dari sistem
asam-basa lewis, atom pusat atau kelompok atom dalam senyawa kompleks tersebut
bertindak sebagai asam lewis, sedangkan ligannya bertindak sebagai basa lewis.
Ikatan yang terjadi antara ligan dan atom pusat merupakan ikatan kovalen
koordinasi. Sehingga senyawa kompleks disebut pula senyawa koordinasi. Jumlah
muatan kompleks ditentukan dari penjumlahan muatan ion pusat dan jumlah muatan
ligan yang membentuk kompleks (Ramlawati, 2005).
Peran
senyawa kompleks logam yang diterapkan dalam bidang kedokteran salah satu
contoh aplikasi dalam kimia bioanorganik (Szacilowski, et al., 2005 ; Mudasir,
2006). Molekul-molekul kecil yang dapat berinteraksi dengan DNA adalah
senyawa-senyawa yang menunjukkan aktivitas obat atau senyawa-senyawa yang
bersifat racun bagi tubuh (Mudasir, 2006). Oleh karena itu, dengan memahami
perilaku dan sifat-sifat interaksi senyawa kompleks logam dengan DNA diharapkan
dapat membantu memahami mekanisme kerja obat-obat. Kobalt dan nikel dapat bermanfaat bagi tubuh jika
membentuk suatu senyawa kompeks. Makalah ini disusun bertujuan untuk
menjelaskan pengaruh senyawa kompleks logam berat kobalt dan nikel dalam tubuh.
BAB II
Pembahasan
A.
Senyawa Kompleks Kobalt
Logam
kobalt sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam jumlah yang sangat
sedikit untuk proses pembentukan butir darah merah. Kobalt (Co) dalam jumlah
tertentu dibutuhkan tubuh melalui Vitamin B12 yang masuk ke tubuh
manusia.
Kobalt
(Co) merupakan sumber mikroorganisme yang dapat membentuk Vitamin B12.
Manusia tidak dapat melakukan hubungan simbiosis dengan mikroorganisme dalam
saluran cerna, sehingga harus memperoleh kobaltamin dari makanan hewani seperti
hati, ginjal, dan daging. Makanan nabati
mengandung sedikit kobalt, bergantung pada kandungan tanah tempat tumbuhnya.
Pengikut vegetarian (hanya makan makanan nabati) perlu berhati-nati
terhadap kemungkinan kekuranagan Vitamin B12.
Fungsi
Kobalt yang merupakan vitamin B12 (kobaltmin) ini diperlukan
untuk mematangkan sel darah merah dan menormalkan fungsi semua sel. Kobalt
mungkin juga berperan dalam fungsi berbagai enzim. Angka kebutuhan gizi
sebagian besar kobalt dalam tubuh terikat dalam vitamin B12. Plasma darah mengandung kurang lebih 1 µg kobalt/ 100 pencernaan dan penyerapan
absorbsi terjadi pada bagian atas usus halus mengikuti mekanisme absorbsi
besi. Absorbsi meningkat bila konsumsi
besi rendah. Sebanyak 85 % ekskresi kobalt dilakukan melalui urin, selebihnya
fases dan keringat.
Ion kobalt memiliki konfigurasi
elektron yang memungkinkan sebagai ion pusat suatu senyawa kompleks, seperti
kompleks kobalt (II) hipoksantin. Pengomplekan kobalt dengan hipoksantin perlu
dikaji karena hipoksantin dalam sistem tubuh terlibat dalam proses katabolisme
purin. Kombinasi senyawa komples heksa karbonil dikobalt [Co2(CO)6]
dengan aspirin juga perlu dikaji sebab
secara signifikan dapat merubah sifat anti-kanker yang menjadi dasar penemuan
terapi anti-kanker baru dengan penambahan fragmen-fragmen organologam.
1.
Senyawa
Kompleks Kobalt (II) hipoksantin
Purin adalah salah satu kelompok
struktur kimia pembentuk DNA. Purin merupakan zat yang terdapat dalam setiap
bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Yang termasuk kelompok
purin adalah Adenosin dan Guanosin. Katabolisme sendiri merupakan proses
metabolisme tubuh dengan memecahkan zat yang cukup besar menjadi molekul yang
lebih kecil. Katabolisme purin ini membutuhkan enzim xantin oksidase yang
umumnya terdapat di hati dan usus.
Penyakit manusia yang meliputi
kelainan dalam metabolisme purin mencakup penyakit gout, sindrom lesch-Nyhan,
defisiensi adenosin deaminase dan defisiensi fosforilase nukleosida purin.
Keadaan defisiensi purin pada manusia terutama disebabkan oleh defisiensi asam
folat dan kadang-kadang oleh defisiensi B12, kalau keadaan ini menimbulkan
defisiensi sekunder deriva folat (victor W. Rodwell, Phd).
Hasil penelitian dengan
menggunakan radioisotop, ternyata setiap komponen yang dijumpai dalam kerangka
inti purin berasal dari bermacam-macam sumber diantara lain : atom C (6) inti
purin berasal dari atom karbon molekul CO2 udara pernafasan; atom N
(1) inti purin bersal dari atom nitrogen gugus amino (-NH2) molekul
aspartat; atom C (2) dan atom C (8) inti purin adalah produk reaksi
transformilasi yang berasal dari senyawa donor gugus formil yang mengakibatkn
koenzim FH4 (tetra hidro folat); atom N (3) dan atom N (9) berasal
dari nitrogen gugus amida molekul glutamin; atom C (4) atom C (5) dan atom N
(7) merupakan molekul glisin.
Tahapan purin diawali dengan
pembentukan molekul PRPP(5-phospho ribosil pyro phosphate) dan slanjutnya
membentuk senyawa 5-phosphoribosilamin dari hasil PRPP dan membentuk senyawa
GAR kemudian GAR membentuk reaksi formilase yang dikatelisis oleh enzim
kemudian senyawa formil glisin amid ribosil 5P sehingga terjadi penutup rantai,
senyawa 5 amino-4-imidazole-karboksamid- ribosil-5P akhir dari penutupan
cicncin yang k-2. Dalam katabolismepurin terlibat enzin hipoksantin yang
beeperan dalam mengubah purin menjadi nukleotida purin agar dapat digunakan
kembali sebagai penyusun DNA dan RNA. Jika enzim ini mengalami defisiensi, maka
peran enzim menjadi berkurang. Akibatnya purin dalam tubuh dapat meningkat,
purin yang tidak dikatabolisme akan mengganggu kesehatan tubuh.
Pembentukkan kompleks
kobalt (II) hipoksantin dipengaruhi oleh pH. Kondisi pH dapat mempengaruhi
bentuk keto atau enol dari hipoksantin. Karakterisasi
kompleks ditunjukan secara kualitatif melalui analisis spektra inframerah dan
spektra ultraviolet. Uji kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer serapan atom.
2.
Senyawa
Kompleks Heksa karbonil dikobalt [Co2(CO)6] dengan Aspirin
Senyawa kompleks kobalt dapat berinteraksi
dengan aspirin secara berbeda dengan enzim-enzim siklooksigenase (COX) yang
menghasilkan prostaglandin dan molekul-molekul pensinyalan lain yang terkait
dengan inflamasi dan pembekuan darah.
Aspirin
atau asam asetilsalisilat
(asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering
digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap
demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat
digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan
jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada
tahun 1918
ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia.
Struktur Senyawa Aspirin
Menurut kajian John Vane, aspirin
menghambat pembentukan hormon dalam tubuh yang dikenal sebagai prostaglandins. Aspirin
dapat menghambat enzim COX dengan mensubstitusi sebuah residu lysin dengan
gugus asetil yang merubah jalur-jalur biokimia yang terjadi pada aktivitas COX.
Senyawa kompleks heksa karbonil dikobalt [Co2(CO)6] dengan aspirin dapat menghambat pertumbuhan
sel yang tidak diharapkan dan pembentukan pembuluh darah kecil sehingga
mengurangi pertumbuhan kanker yang ada dalam tubuh. Dengan adanya ion kobalt
dapat merangsang pembentukan sel darah merah yang baik karena kobalt adalah
salah satu faktor pembentukan sel darah merah.
Sel darah merah atau eritrosit merupakan
cakram bikonkaf yang tidak berinti yang berdiameter 8m, tebal bagian tepi
2m pada bagian tengah tebalnya hanya 1 m atau kurang. Karena se itu lunak dan
lentur maka dalam perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah.
Stroma bagian luar yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan
B serta Rh yang menentukan golongan darh seseorang. Komponen utama sel darah
merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2
dan mempertahankan Ph normal melalui serangkaian dapar intraseluler. Kobalt
dalam bentuk vitamin B12 juga mendukung proses metabolisme dan
pembentukan sel darah merah.
Vitamin B12 merupakan bahan
makanan yang diperlukan oleh seluruh sel tubuh dan pertumbuhan sel jaringan
pada umumnya. Hal ini karena vitamin B12 berperan dalam sintesis
DNA. Karena jaringan yang menghasilkan eritrosit paling cepat pertumbuhan dan
proliferasinya, kekurangan vitamin B12 menghambat kecepatan
pembentukan eritrosit. Kobalt diperlukan sebagai katalisator dalam
tahapan-tahapan pembentukan eritrosit.
Vitamin B12 tanpa penandaan
atau penunjukan berarti sianokobalamin, karena molekul sianida melekat pada
kobalt. Formula tersebut memperlihatkan bahwa bagian utama molekul yang rumit
tadi mempunyai atom kobalt di tengah-tengah struktur cincin-tetra porfirin.
Grup sianida terikat pada atom karbon, yang bertanggung jawab terhadap nama
siano-kobalamin.
Vitamin B12 berwarna merah
karena adanya kobalt. Kobalt tersebut merupakan 4,35% dari berat molekul.
Meskipun merupakan molekul terbesar di antara zat-zat vitamin dengan berat
molekul 1355, vitamin B12 adalah stabil.
Vitamin B12 membentuk beberapa
enzim dan berfungsi dalam proses-proses metabolik, menghasilkan dalam metilasi
transfer hidrogen dan pembentukan he-moglobin. Vitamin tersebut secara luas
digunakan dalam obat-obatan manusia.
Kanker yang berhubungan dengan darah atau
sel darah merah dapat berasal dari sumsum tulang atau melalui kekurangan di sel
itu sendiri. Leukemia merupakan salah satu kanker yang berhubungan dengan sel
darah merah. Kanker adalah suatu kondisi di mana sel-sel mulai mengalami
kerusakan. Dalam manusia normal sel-sel tumbuh dan membelah sehingga mereka
dapat membentuk sel-sel baru. Ketika sel-sel yang lebih tua mati, sel-sel baru
mengambil tempat mereka dan tubuh tetap berfungsi. Ketika proses ini tidak
terjadi seperti yang dijadwalkan dan sel-sel yang lebih tua tidak mati
sebagaimana seharusnya terlepas dari pembentukan sel-sel baru, kondisi ini
disebut kanker.
B.
Senyawa Kompleks Nikel
Nikel
ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751, merupakan logam berwarna putih
keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam logam
peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadapoksidasi dan
kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim (Cotton
danWilkinson, 1989). Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial dan
industri, seperti :pelindung baja (stainless steel), pelindung tembaga,
industri baterai, elektronik, aplikasi industri pesawat terbang, industri
tekstil, turbin pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan
alat-alat laboratorium (nikrom), kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk
pertanian, dan berbagai fungsi lain (Gerberding J.L., 2005).Nikel
cukup berperan bagi kesehatan tubuh sehingga tubuh dapat memproduksi
sel darah merah dan hemoglobin sintesis. Nikel merupakan zat gizi esensial yang
berfungsi menstabilisasi struktur asam nukleat dan protein dan sebagai kofaktor
berbagai enzim. Nikel juga berperan mengatur kadar lipid dalam jaringan dan
dalam sintesis fosfolipid. Nikel juga merupakan nonspesifik aktifator enzim.
Tingginya kadar nikel dalam
jaringan tubuh manusia dapat mengakibatkan munculnya berbagai efek samping
yaitu akumulasi Ni pada kelenjar pituitari yang bisa mengakibatkan depresi
sehingga mengurangi sekresi hormon prolaktin dibawah normal. Akumulasi Ni pada
pankreas bisa menghambat sekresi hormon insulin.
Para nikolm keracunan yang paling
umum adalah masih hadir dalam lingkungan kerja, ada peningkatan jumlah kanker
paru-paru pada pekerja yang terpapar debu tempat kerja dan nikel sebagai asma.
Beberapa senyawa dengan nikel dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati yang
dapat menyebabkan kematian, dan pada wanita hamil dapat menyebabkan keguguran
atau cacat pada bayi pribumi. Keracunan nikel didiagnosis dengan penentuan
konsentrasi nikel dalam urin.
Ion nikel memiliki konfigurasi
elektron yang memungkinkan sebagai ion pusat suatu senyawa kompleks, seperti
kompleks nikel (II) dimetil glioksima. Pengomplekan nikel dengan dimetil
glioksima perlu dikaji karena berperan sebagai katalis dalam metabolisme tubuh.
Kombinasi senyawa komples [Ni(EDTA)]2-
juga perlu dikaji sebab secara signifikan dapat dijadikan antikoagulan untuk
mencegah penggumpalan darah.
1.
Senyawa Kompleks Nikel(II) dimetil
glioksima
Dimetil glioksima adalah
salah satu contoh pereaksi senyawa kompleks yang membentuk garam kompleks dalam
dengan ion nikel(II). Kedua
muatan positif pada ion nikel(II) diimbangi oleh dua proton yg dilepaskan oleh
ligan. Sedangkan atom-atom oksigen yg bermuatan negatif membentuk ikatan
hidrogen antar molekul dengan gugus OH yang berdekatan. Pada satu pihak, senyawa
komplek ini netral secara kelistrikan pada pihak lain tidak kemungkinan
terbentuknya ikatan hidrogen lebih lanjut. Lagipula, adakan ikatan d-d yang
lemah antar ion-ion logam pada molekul-molekul yg berdekatan. Itulah sebabnya
endapan nikel(II)
dimetilglioksima
yg berwarna merah sukar larut dalam air. Endapan ini mudah disaring &
dicuci, kemudian dikeringkan pada suhu 120oC-150oC. Sedangkan faktor
grafimetrinya cukup besar (0,2032) karena bobot molekul senyawa ini tinggi
(Rivai, 1995).
Dimetil glioksima
merupakan zat pengendap organik yang sangat khas dengan rumus bangun sebagai
berikut:
Senyawa koordinasi Dimetil glioksima
dengan paladium merupakan satu-satunya senyawa yang sukar larut dalam larutan
asam sedangkan senyawa koordinasinya dengan nikel merupakan satu-satunya
senyawa yang mengendap dalam larutan yg bersifat basa lemah dengan demikian zat
pengendap ini khusus dipakai untuk penentuan paladium dan nikel.
Endapan
nikel(II)
dimetilglioksimat tersebut begitu gembur sehingga hanya sejumlah kecil
nikel dapat ditangani dengan memuaskan. Selain itu, endapan ini juga cenderung
bergerak pada penyaringan dan pencucian namun demikian, endapan ini mudah
dikeringkan pada suhu 110oC dan mempunyai susunan kimia yang sangat
sesuai dengan rumusnya (Rivai, 1995).
2. Senyawa
Kompleks [Ni(EDTA)]2-
Dalam dunia kedokteran darah sangat diperlukan untuk
pemeriksaan penyakit secara medis. Darah cepat membeku, oleh karena itu
diperlukan suatu zat yang dapat membuat darah tidak membeku untuk mempermudah
pemeriksaan secara labororium. Antikoagulan adalah zat yang mencegah
penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat
pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi
fibrin dalam proses pembekuan. EDTA memiliki keunggulan dibanding dengan antikoagulan
yang lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga ideal untuk
pengujian hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, KED, hitung
lekosit, hitung trombosit, retikulosit, apusan darah, dsb. [Ni(EDTA)]2- biasanya digunakan dengan konsentrasi 1 - 1,5 mg/ml
darah. Penggunaannya harus tepat. Bila jumlah EDTA kurang, darah dapat
mengalami koagulasi.
Pembekuan darah
(koagulasi) adalah proses dimana pembuluh darah pecah perbaikan setelah cedera.
Memperbaiki cedera benar-benar dimulai bahkan sebelum pembekuan tidak, melalui
pembuluh darah kejang, atau kontraksi otot dinding kapal, yang mengurangi
kehilangan darah. Pembekuan itu sendiri adalah kaskade kompleks reaksi yang
melibatkan trombosit, enzim, dan protein struktural. Trombosit adalah sel tidak
utuh, tapi paket agak kecil dari membran sitoplasma-dibatasi. Ada sekitar satu
juta trombosit dalam setetes darah. Kerusakan pada lapisan pembuluh darah
(lapisan endotel) mengekspos bahan yang menyebabkan trombosit untuk menempel
pada sel-sel endotel, trombosit tambahan kemudian menempel ini. Ini rilis
trombosit menggabungkan faktor-faktor yang mempromosikan akumulasi fibrin,
protein beredar. Bekuan darah adalah meshwork trombosit dan sel darah dijalin
bersama oleh fibrin.
Koagulasi dapat
mulai dengan salah satu dari dua jalur, yang disebut jalur ekstrinsik dan
intrinsik, baik yang feed ke jalur umum yang melengkapi proses. Jalur
ekstrinsik dimulai dengan faktor substansi jaringan yang disebut (jaringan
tromboplastin) yang dirilis oleh pembuluh darah yang rusak dan jaringan
sekitarnya. Setelah bentuk gumpalan, kontraksi dari trombosit menarik tepi luka
dekat bersama-sama, dan sel endotel segar kemudian tumbuh di atasnya,
memperbaiki pembuluh darah yang rusak. Seiring waktu, fibrin terdegradasi oleh
plasmin. Enzim ini terbentuk dari plasminogen beredar oleh jaringan plasminogen
activator (t-PA). Sintetis t-PA digunakan untuk melarutkan bekuan darah pada
stroke, infark miokard, emboli paru, dan kondisi lainnya.
Senyawa
kompleks yang bisa dijadikan sebagai katalis harus memiliki sifat yang stabil.
Salah satu senyawa kompleks yang sangat stabil adalah senyawa kompleks yang
membentuk khelat. Salah satu senyawa kompleks yang memiliki tingkat kestabilan
cukup tinggi adalah senyawa kompleks Nikel(II)-EDTA yang memiliki Kstab = 18.62
(Underwood, 2002). Sintesis dan karakterisasi senyawa kompleks nikel(II)-EDTA
yang dapat dimanfaatkan sebagai katalis.
Katalis
adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi
reaksi kimia
pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu
sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi
ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau
memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya
terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi
aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
Tahapan
dalam sintesis senyawa kompleks Ni-EDTA adalah penentuan panjang gelombang maksimum,
pengaruh pH pada pembentukan senyawa kompleks dan penentuan rumus senyawa
kompleks dengan metode variasi kontinu. Katalis senyawa kompleks Ni-EDTA disintesis melalui reaksi
larutan NiCl2·6H2O dengan larutan H4EDTA
(titriplex II). NiCl2·6H2O dilarutkan ke dalam air
membentuk larutan berwarna hijau. Warna hijau yang muncul ini akibat dari
kompleks heksaakuonikelat (II) atau [Ni(H2O)6]2+
seperti yang dilaporkan oleh Svehla (1990). Kemudian larutan tersebut dicampur
dengan larutan H4EDTA yang jernih hingga terbentuk larutan berwarna
biru. Pembentukan warna ini merupakan indikasi telah terbentuk senyawa kompleks
Ni-EDTA. Senyawa kompleks Ni-EDTA terbentuk akibat substitusi ligan H2O
oleh ligan EDTA. Fenomena ini juga didukung oleh pengamatan dengan
spektrofotometer UV-VIS yang menunjukkan adanya perubahan panjang gelombang
maksimum senyawa [Ni(H2O)6]2+ sebesar 658 nm
menjadi senyawa kompleks Ni-EDTA yang mempunyai panjang gelombang maksimum 584
nm. Pergeseran kearah panjang gelombang yang lebih pendek seperti yang terlihat
pada Gambar 4.1, dipengaruhi oleh adanya ligan EDTA yang merupakan ligan dengan
medan kuat (Effendi, 2007). Penggantian ligan dengan medan lemah ke ligan
dengan medan kuat memberikan energi ke atom pusat yang digunakan untuk promosi
elektron sehingga sinar yang diserap panjang gelombangnya semakin pendek
seperti yang dinyatakan oleh Sukardjo (1992).
Gambar
4.1. Panjang Gelombang Maksimum Senyawa [Ni(H2O)6]2+ dan
Senyawa Kompleks Ni-EDTA
Berdasarkan
teori warna (Underwood, 2002), suatu senyawa yang berwarna akan menyerap energi
pada panjang gelombang warna komplementer senyawanya. Secara visual, larutan
senyawa kompleks berwarna biru, hal ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut
menyerap energi pada panjang gelombang warna komplementer biru yaitu warna
kuning (580–595 nm).
BAB III
Penutup
Logam berat dapat memberi efek
kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat terikat dalam
tubuh, tetapi logam berat juga cukup berperan dalam kebutuhan tubuh manusia
jika membentuk suatu senyawa kompleks. Senyawa kompleks Kobalt dan Nikel bagian
dari logam berat yang memiliki peranan penting dalam tubuh. Kobalt (Co) berperan sebagai sumber
mikroorganisme yang dapat membentuk Vitamin B12 dan Nikel
(Ni) berperan bagi kesehatan tubuh sehingga tubuh dapat memproduksi
sel darah merah dan hemoglobin sintesis.
Daftar Pustaka
Atkins.
1997. Kimia Fisika Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Cotton F.A. Wilkinson G. 1988. Advanced
Inorganic Chemistry. Fifth Edition.
John Willey and Sons Inc. New York.
Cotton F.A. Wilkinson G; and
Paul L. Gauss. 1995. Inorganic Chemistry. Third
Edition. John
Willey and Sons Inc. New York.
Day, M.C and J. Selbin. 1985. Theoritical
Inorganic Chemistry. 2th Edition. East-West Press. New Delhi.
Hapsari, A.W. 2004. Sintesis dan
Karakterisasi Kompleks Heksasulfathiazolkobalt(II)klorida.nHidrat (n =
1,2,3,4,5, atau 6) dan Heksasulfaguanidinkobalt(II)klorida.nHidrat (n =
2,3,4,5, atau 6). Skripsi Jurusan Kimia FMIPA UNS. Surakarta.
Miesslar, G. L. and D.A. Tarr. 1991. Inorganic
Chemistry. Prentice Hall. New Jersey.
Mohamadou, Jubert, dan
Barbier. 2006. “Novel cobalt(II) complexes with
pyridyl/ether or pyridyl/thioether ligands. The conversion of
pyridyl/thioether cobalt(II) complex to pyridyl/sul.nato cobalt(III) compound”.
Inorganica Chimica Acta. Volume 359, 273 – 282
Potterfield, W.W. 1984. Inorganic
Chemistry. Addison-Weslet Publishing Company Inc. Canada.
Ramlawati. 2005.
Kimia Anorganik Fisik. Makassar: FMIPA UNM.
Rivai, Harrizul. 1995. Asas
Pemeriksaan Kimia. UI Press. Jakarta.
Saptorini, E. 2003. Sintetis dan
Karakterisasi Kompleks Cu(II) dengan Sulfadiazin dan Sulfamerazin. Skripsi.
Jurusan Kimia FMIPA. Surakarta
Siswandono dan Soekardjo. 1995. Kimia
Medisinal. Airlangga University Press. Surabaya.
Sunarya, Yayan. 2003. Ikatan Kimia. Bandung:
JICA.
Wilson and Gisvold. 1982. Textbook of
Organic Medicinal and Pharmaceutical Company. Harper and Row Publishers
Inc. London. Alih Bahasa: Fatah, Ahmad Musthofa. 1989. Kimia Farmasi dan
Medisinal Organik. Jilid I. Edisi Kedelapan. IKIP Semarang Press. Semarang.
http://www.scribd.com/doc/51287797/44814870-Makalah-nikel
diakses pada tanggal 9 Maret 2012
senyawa%20kompleks.html
diakses pada tanggal 10 Maret 2012
pada tanggal
13 Maret 2012
http://eprints.uny.ac.id/1803/
diakses pada tanggal 13 Maret 2012
http://obstetriginekologi.com/artikel/makalah+senyawa+kompleks.html
diakses pada tanggal 14 Maret 2012
http://www.downloadpdf.co.uk/pdf/makalah-senyawa-kompleks.html
diakses pada tanggal 16 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar