CYTOKROM KOMPLEKS Fe DALAM TUBUH
( Danang P, Lingga B, Khoirul W.W )
( Danang P, Lingga B, Khoirul W.W )
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak reaksi biologis yang diketahui melibatkan ion logam. Terdapat juga
berbagai logam yang dikenal sebagai unsur-unsur esensial, walaupun perannya dalam organisme hidup masih belum
jelas. Bioanorganik, yakni studi fungsi logam dalam sistem biologis dengan
menggunakan pengetahuan dan metoda kimia anorganik telah berkembang dengan pesat akhir-akhir ini.
Salah satu zat bioaktif khas yang
mengandung logam: pembawa electron
yaitu, Fe: sitokrom, protein besi-belerang. Cu: pr otein tembaga biru. Sitokrom pada umumnya adalah hemoprotein yang mengandung gugus heme dan berfungsi sebagai pengusung elektron.
Sitokrom dapat dijumpai dalam bentuk monomer,
seperti cyt.c atau sebagai sub-unit dari kompleks enzim yang merupakan katalisator reaksi redoks.
Sitokrom
pertama kali ditemukan oleh Charles A.
MacMunn pada tahun
1886, kemudian diteliti ulang oleh David Keilin pada tahun 1925 yang mengidentifikasi
senyawa organik ini pada rantai transpor elektron. Menurut David Keilin, sitokrom memungkinkan terjadi kopling
antara reaksi oksidasi enzim dehidrogenase pada pengusung hidrogen Wieland,
oleh karena terjadi perpindahan
elektron antara kedua reaksi tersebut melalui tiga buah sitokrom yang
berturut-turut disebut cyt.b, cyt.c dan cyt.a.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Sitokrom
merupakan protein pemindah elektron yang mengandung heme sebagai gugus
prostetik. Sitokrom adalah jenis protein pentransfer yang mengandung gugus heme
yang atom besinya berisolasi antara Fe 3+ dengan Fe2+. Berbagai sitokrom yang
ditemukan didalam rantai respirasi antara lain sitokrom aa3/oksidase, b5, c,
sitokrom P450. Sitokrom
yang bertahun-tahun lalu dikenal sebagai
sel pigmen yang berisi Fe-porfirin. Sitokrom menggunakan pasangan Fe3 / Fe2
dan biasanya enam koordinat, dengan dua ikatan aksial yang kuat untuk donor
asam amino, dan Fe biasanya berputar rendah di kedua negara oksidasi. Hal ini
bertentangan dengan ligan mengikat Fe-porfirin protein seperti hemoglobin,
untuk situs koordinasi keenam adalah baik kosong atau diduduki oleh molekul H2O.
Cara yang baik untuk
dipertimbangkan
kemampuan
transfer elektron
sitokrom
dengan cepat,
orbital
d dari
Fe (III)
dan Fe (II)
dalam arti
medan
ligan
oktahedral
untuk tumpang tindih
T2G
antara
elektron-kaya,
tetapi hampir tidak
mengikat
melihat
orbital
(yang
conigurations
adalah
t2g5
dan
t2g6
di
Fe (III)
dan Fe (II))
dan orbital
dari
porfirin
itu.
Elektron
memasuki atau meninggalkan
orbital
Ï€
dengan
tumpang tindih
dengan
orbital
Ï€
*
antibonding
pada sistem
cincin.
Pengaturan ini
menyediakan transfer
elektron
ditingkatkan,
karena
d-orbital
dari atom
Fe
dapat secara efektif
dilakukan untuk
memperpanjang
tepi
dari cincin
porfirin,
sehingga mengurangi
jarak di mana
perlu untuk mentransfer
elektron
antara mitra
redoks.
Pada
sitokrom
di ruang
intramembrane
mitokondria,
di mana ia memberikan
elektron
sitokrom
oksidase
c,
enzim yang ada untuk
mengurangi
O2
H2O
pada akhir
rantai pernapasan
energi.
Metionin bukan ligan umum di
metalloproteins tetapi karena merupakan donor netral diharapkan bahwa Fe (II) menstabilkan menjadi
Fe (III). Potensial reduksi sitokrom c adalah 0,26 V, di ujung atas nilai untuk
sitokrom pada umumnya. Sitokrom berbeda dalam identitas ligan aksial serta
struktur ligan porfirin (penunjukan a, b, c, d, ... posisi dari penyerapan
maksimum di daerah tampak tapi juga berhubungan dengan variasi substituen pada cincin
porfirin). Sitokrom banyak terdapat terutama
pada bagian yang dijepit antara heliks, bis-(histidin) ligan aksial. Dalam
sitokrom c, tepi dari cincin porfirin terkena pelarut dan merupakan tempat yang
paling mungkin untuk elektron untuk memasuki atau meninggalkan. Interaksi spesifik
protein-protein adalah impor-semut untuk memperoleh pengalihan efisien electron
dan daerah sekitar tepi bebas dari cincin porfirin pada sitokrom c menyediakan
pola beban yang diakui oleh oksidase sitokrom c dan mitra redoks lainnya.
Contoh dari hal ini sangat baik dipelajari, yaitu sitokrom c dengan ragi
peroksidase sitokrom c. Dibentuk kekuatan pendorong untuk transfer elektron
dari salah satu dari dua intermediet katalitik peroksidase untuk menunjukkan
penurunan sitokrom c adalah sekitar 0,5. Elektrostatik interaksi, dua protein
satu sama lain pada jarak tertentu, yang menguntungkan bagi elektron cepat
tunneling antara sitokrom c dan dua pusat redoks pada Dase peroksidase-,
kofaktor heme dan tryptophan-191.
Dalam
rantai transfer
elektron mitokondria menerima electron
dari sitokrom c k sitokrom c1 kemudian transfer elektrin ke oksidase sitokrom
c.
.
B.
Pengertian
Heme
Heme adalah kompleks
senyawa protoporfirin IX dengan logam besi yang merupakan gugus prostetik
berbagai protein seperti hemoglobin, mioglobin, katalase, peroksidase, sitokrom
c dan triptophan pirolase. Heme terdiri atas bagian organik dan suatu atom
besi. Bagian organik protoporfirin tersusun dari empat cincin pirol. Keempat
nya terikat satu sama lain melalui jembatan metenil, membentuk cincin
tetrapirol. Empat rantai samping metil, dua rantai samping vinil dan dua rantai
samping propionil terikat kecincin tetrapirol tersebut. Atom besi didalam heme
mengikat keempat atom nitrogen dipusat cincin protoporfirin. Atom besi dapat
berbentuk fero (Fe2+) atau feri (Fe3+) sehingga untuk hemoglobin yang
bersangkutan disebut juga sebagai ferohemoglobin dan ferihemoglobin atau
methemoglobin. Hanya bila besi dalam bentuk fero, senyawa tersebut dapat
mengikat oksigen .
Contoh:
heme = porfirin + Fe2+ (porfirin besi/heme)
heme = porfirin + Fe2+ (porfirin besi/heme)
C. Manfaat Sitokrom
Berperan
dalam transfer electron. Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari
reaksi respirasi aerob. Transpor elektron sering disebut juga sistem rantai
respirasi atau sistem oksidasi terminal. Transpor elektron berlangsung pada
krista (membran dalam) dalam mitokondria. Molekul yang berperan penting dalam
reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang dihasilkan pada reaksi
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus Krebs. Selain itu, molekul
lain yang juga berperan adalah molekul oksigen, koenzim Q (Ubiquinone),
sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a.
Pertama-tama, NADH dan FADH2 mengalami
oksidasi, dan elektron berenergi tinggi yang berasal dari reaksi oksidasi ini
ditransfer ke koenzim Q. Energi yang dihasilkan ketika NADH dan FADH2
melepaskan elektronnya cukup besar untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik
menjadi ATP. Kemudian koenzim Q dioksidasi oleh sitokrom b. Selain melepaskan
elektron, koenzim Q juga melepaskan 2 ion H+. Setelah itu sitokrom b
dioksidasi oleh sitokrom c. Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi sitokrom
b oleh sitokrom c juga menghasilkan cukup energi untuk menyatukan ADP dan
fosfat anorganik menjadi ATP. Kemudian sitokrom c mereduksi sitokrom a, dan ini
merupakan akhir dari rantai transpor elektron. Sitokrom a ini kemudian akan
dioksidasi oleh sebuah atom oksigen, yang merupakan zat yang paling
elektronegatif dalam rantai tersebut, dan merupakan akseptor terakhir elektron.
Setelah menerima elektron dari sitokrom a, oksigen ini kemudian bergabung
dengan ion H+ yang dihasilkan dari oksidasi koenzim Q oleh sitokrom
b membentuk air (H2O). Oksidasi yang terakhir ini lagi-lagi
menghasilkan energi yang cukup besar untuk dapat menyatukan ADP dan gugus
fosfat organik menjadi ATP. Jadi, secara keseluruhan ada tiga tempat pada
transpor elektron yang menghasilkan ATP.
Contoh-contoh sitokrom antara lain
sitokrom a, sitokrom b, sitokrom c, sitokrom p450 dan lain-lain. Situs aktif dalam sitokrom P-450 adalah unit heme.besi-protoporfirin (IX) yang kompleks. Beberapa
sifat sitokrom P450 antara lain :
1.
Terlibat dalam metabolisme xenobiotik fase I(50% dari obat-obatan).
2.
Terlibat dalam metabolisme senyawa endogen(steroid)
3. Semua sitokrom p450 adalah
hemoprotein
4.
Merupakan katalisator (mengkatalisasi 60 tipe reaksi
5. Produk hidoksilasinya lebih
larut dalam air daripada substratnya.
6.
Pada beberapa keadaan produknya bersifat mutagenic/karsiogenik.
7. Dan lain-lain.
Sedangkan fungsi sitokrom P450 secara normal
antara lain:
1.
Hidroksilasi /penguraian obat di dalam tubuh.
2. Mengkatalisis reaksi
hidroksilasi steroid (mitokondria)
3. Sistem ini ditemukan pada
jaringan steroiddogenik ( korteks adrenal, testis, ovarium dan plasenta ) serta
berhubungan dengan biosistesis hormone steroid dan kolesterol 11 beta dan 18, sistemrenal
mengkatalisis 1 alfa dan 24 hidroksilasi senyawa 25 hidroksikolekalsiferol.
4. Menghidroksilasikan zat-zat
senobiotik/melindungi tubuh terhadap kerusakan akibat radikal bebas.
Apabila protein
sitokrom P450 tidak berfugsi dengan baik ada beberapa hal yang akan terjadi,
yaitu:
1. Gangguan interaksi obat di
dalam tubuh.
2.
Hiperplasi adrenal bawaan bentuk hipertensif ( beta 11
hidroksilase)
3.
Penurunan sistesis kortisol
4. Rakhitis ( 25
hidroksikolekalsiferol)
5. Kekurangan pembentukan
aldosteron, tetapi tidak ada gangguan sintesis kortisol dan hormone kelamin (
18 )
6. Radikal bebas superoksida
dapat menyebabkan keracunan oksigen,
7. Cidera sel
8. Kanker
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Sitokrom merupakan jenis protein pentransfer yang
mengandung gugus heme yang atom besinya berisolasi antara Fe 3+ dengan Fe2+. Kebanyakan sitokrom terdapat dalam membrane
mitokondria dan berfungsi terhadap metabolism tubuh. Selain berperan dalam
transfer electron dalam membrane mitokondria, sitokrom juga memiliki fungsi
lain dengan berbagai jenis sitokrom. Misalnya sitokrom P450 sebagai katalisator
dan membantu proses hidroksilasi atau penguraian.
DAFTAR
PUSTAKA
Atkins,
P. W. et all. 2010. Inorganic Chemistry
Fifth Edition. New York : Oxford University Press.
Housecroft,
Catherine, et all. 2008. Inorganic
Chemistry 3rd Edition. England : Pearson Education Limited.
Nelson,
David, et all. Lehninger Principles of
Biochemistry.
Missler,
Gary, et all. Inorganic Chemistry Third
Edition. Minesotta : Pearson Education International.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar