28 Juni 2012

MYOGLOBIN KOMPLEKS BESI (Fe) DALAM TUBUH


MYOGLOBIN KOMPLEKS BESI (Fe) DALAM TUBUH
( Samsul Muarip)
A.  PENDAHULUAN
Tubuh manusia mengandung sekitar 2 sampai 4 gram besi. Lebih dari 65% zat besi ditemukan di dalam hemoglobin dalam darah atau lebih dari 10% ditemukan di myoglobin, sekitar 1% sampai 5% ditemukan sebagai bagian enzim dan sisa zat besi ditemukan di dalam darah atau ditempat penyimpanan. Jumlah total besi ditemukan dalam orang tidak hanya terkait berat badan tetapi juga pengaruh dari berbagai kondisi psikologi termasuk umur, jenis kelamin kehamilan dan status tingkat pertumbuhan. Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa.
Puluhan tahun yang lalu, setelah usaha keras selama beberapa dekade, John Kendrew berhasil mengelusidasi struktur dari protein globular kecil, myoglobin, yang bertanggung jawab pada penyimpanan oksigen pada sel. Untuk penemuan ini, ia berbagi hadiah Nobel Kimia dengan Max Perutz, yang melakukan penelitian serupa pada hemoglobin. Namun ada misteri besar yang belum terpecahkan: Apakah jalur yang diikuti oksigen sewaktu ia bergerak kedalam dan keluar dari myoglobin?.
Pada 5 Juli 2008, tim interdisiplin yang dipimpin oleh peneliti dari Virginia Tech mengumumkan, bahwa mereka telah menyediakan solusi komputasi pada teka-teki tersebut. Alexey Onufriev dari Blacksburg, Va., asisten profesor ilmu komputer dan fisika pada Virginia Tech, Ia memulai penelitian myoglobin pada tahun 1997 sebagai peneliti pos doc pada laboratorium fakultas kimia milik Michael Prisant di Universitas Duke. Kajian ini akan menjadi yang pertama dimana dinamika molekuler berhasil mengarahkan simulasi dari migrasi ligan, sewaktu mereka keluar dan masuk kedalam protein pada temperatur ruang dengan resolusi atomis.
Simulasi tersebut memberikan pencerahan terhadap beberapa pertanyaan kuno mengenai myoglobin. Mereka menguraikan bahwa migrasi ligan terjadi pada dua jalur dengan banyak cabang dan ligan bergerak memasuki myoglobin menggunakan jalur yang sama dengan yang mereka gunakan untuk keluar. Simulasi menunjukkan bahwa fluktuasi lokal yang berumur pendek bertanggung jawab untuk membuka dan menutup jalur dinamis tersebut.
Pada makalah ini, kita akan melihat bagaimana bentuk dari myoglobin secara umum serta setruktur dasar dari molekul miolglobin itu sendiri. Kita juga akan melihat fungsi myoglobin didalam tubuh makhulk hidup sebagai penyimpan oksigen serta proses yang terjdi didalamnya. Lalu kita akan menguraikan tetang dampak dari kekurangan dan kelebihan myoglobin terhadap tubuh kita.

B.  ISI
1.    Ciri Molekuler Umum
Myoglobin merupakan suatu protein pembawa oksigen yang ditemukan dalam otot, dimana myoglobin bertindak sebagai suatu cadangan oksigen dan mempermudah difusi oksigen melalui sel. Myoglobin mempunya dua komponen molekuler, suatu rantai polipeptida tunggal yang mengandung 153 residu asam amino (BM = 17.600) dan suatu gugusan hem, sutu biomelekul yang mengandung zat besi (Gambar 1).

Gambar 1. a. Suatu gugusan hem yang mengandung protoporfirin IX dan zat besi (Fe) dan b. Bidang hem Fe (Lehninger)
Bagian organic dari molekul hem mrupakan suatu forfirin, yang mengandung suatu struktur tetrapirol (porifirin) yang dibentuk melalui sambungan jembatan-meten antara empat cincin pirol. Terdapat berbagai tipe struktur porifirin dalam alam. Gugusan hem, atau porifirin zat besi, dari myoglobin, hemoglobin, dan sebagian besar sitikrom disebut protoporfirin IX zat besi dank has dengan adanya gugusan penggantinya (dua propionate, dua vinil, dan empat metal) dan posisinya dalam struktur tetrapirol. (Kendrew 1983)
Kelat ion logam protoforpirin, contohnya zat besi, magnesium, dan tembaga, dan yang digunakan oleh proses metabolism tertentu memerlukan suatu ion logam untuk membentuk suatu kompleks kelasi yang secara biologi aktif  (gambar 1). Kelat berasal dari kata chele berarti cakar dari kepiting atau lobster. Suatu biomolekul chelating merupakan salahsatu yang mengikat ion logam.  (Kendrew 1983)
Hem dari myoglobin dikenal sebagai gugusan prostetik kareuna merupakan suatu molekul organic nonprotein yang berkaitan erat dengan struktur polipeptida. Pengikatan dari atom zat besi denan sutau hem melibatkan empat nitrogen dari cincin pirol (gambar 1). Zat besi yang terikat dapat membentuk dua ikatan tambahan, satu pada masing-masing sisi dari bidang hem, disebut posisi kordinasi kelima dan keenam; pada posisi koordinasi keenam dari zat besi fero dalam myoglobin mengikat suatu molekul oksigen. (Kendrew 1983)

Gambar 2. Struktur tiga dimensi dari myoglobin (hanya diperlihatkan posisi karbon-α). Gugus hem ditunjukan dengan warna hitam. (Lehninger, 1991)

Dari model molekul myoglobin yang tersusun secara tepat berdasarkan data sinar X,  dapat ditarik kesimpulan penting linnya:
a.       Molekul myoglobin demikian padat, sehingga pada bagian dalamnya terdapat ruangan hanya untuk empat molekul air.
b.      Semua kecuali dua gugus polar R dari rantai myoglobin terletak pada permukaan luar molekul, dan semuanya terhidrasi.
c.       Hampir semua gugus R hidrofobik berada di bagian dalam molekuyl myoglobin, tersembunyi dari lingkungan air.
d.      Pada masing-masing dari keempat residu prolin terdapat suatu belokan (gugus R dari prolin yang kaku tidak cocok dengan suatu struktur α-Heliks). Belokan atau putaran yang lain mengandung residu serin, treonin, dan asparagin yang merupakan asam amino yang cenderung tidak cocok dengan struktur α-Heliks, jika asam-asam ini berada pada posisi yang berurutan.
e.       Semua ikatan peptide berada dalam konfigurasi trans pada bidang datar
f.       Gugus heme yang datar berada didalam suatu celah atau kantung, dalam molekul myoglobin. Atom besi pada pusat heme mempunyai dua ikatan kordinasi yang tegak lurus pada bidang heme. Salah satu diantaranya berikatan dengan gugus R residu histidin pada posisi 93, sedangkan ikatan koordinasi yang lain berada pada sisi tempat pengikatan molekul O2. (Lehninger, 1991)

2.    Struktur Tersier
Kendrew pertama kali kali memberikan pada duinia ilmiah struktur berdimensi tiga dari suatu protein globular, dan model myoglobinnya (gambar 2) memberikan wawasan terkait tidak saja ke dalam struktur tersier yang ruwet dari protein globular, tetapi juga kedalam makromolekul pembawa oksigen yang berfungsi secara biologi. Myoglobin, dengan dimensi molekuler 45 x 35 x  25 Ả, merupakan suatu makromolekul yang sangat padat dengan sedikit ruang kosong dalam interiornya. Cirri structural kedua yang sebelumnya diajukan untuk protein yang lain terbukti dalam bentuk globular dari myoglobin. Delapan bagian dari molekul terdapat dalam konformasi heliks-α bertangan kanan (dirancang dari terminus-N sebagai A melalui H); segmen heliks ini melibatkan 75% dari residu asam amino total. Terselip diantara segmen heliks ini adalah lima daerah nonheliks, masing-masing diidentifikasi melalui dua segmen yang disambungnya, contohnya AB berlokasi antara heliks bagian A dan B. terdapat juga dua residu nonheliks pada terminus-N dan lima pada terminus-C, yang sebagai segmen, masing-masing disebut sebagai NA dan HC. Terdapat delapan terminasi struktur heliks-α, dengan empat residu prolil dari molekul mencakup empat diantaranya. Semua ikatan peptida dari rantai polipeptida adalah planar, dengan gugusan karbonil atau amida sebagai trans satu sama lain. Residu polar dan beberapa residu nonpolar terletak pada bagaian luar dari molekul. Bagian interior dari myoglobin hanya mengandung residu nonpolar, kecuali untuk dua residu histidil (dari total 12), yang interaksi spesifiknya dengan zat besi diperlukan untuk aktivitas biologi ( Kendrew, 1983).

Gambar 3. Sekema pengikatan oksigen dengan myoglobin dan hubungan ikatan HisF8 dengan atom  zat besi dan HisE7 dengan ikatan oksigen
Gugusan hem pangkat oksigen terletak dekat permukaan molekul dalam suatu celah yang (kecuali residu histidil yang disebut diatas) memberikan lingkungan nonpolar (Gambar 2). Bidang hem  terletak antara residu  histidil F8 (delapan residu dari segmen heliks F) dan E7, dengan HisF8 terikat pada atom zat besi melalui posisi kordinasi kelima (gambar 3). HisE7, pada sisi lain dari ini, tidak terikat secar langsung dengan posisi koordinasi keenam dari zat besi, yang merupakan tempat pengikatan oksigen. Atom zat besi berjarak sekitar 0,3 Ả dari bidang hem pada sisi HisF8. Pada saat oksigenasi, atom zat besi turun kedalam bidang hem dan oksigen yang terikat pada myoglobin distabilisasi melalui ikatan hydrogen ke cincin imidazol dari HisE7 (gambar 3). Oksigenasi reversible memerlukan atom zat besi dalam status fero (Fe2+), dan myoglobin dengan atau tanpa oksigen terikat dengan Fe2+ dari hem yang masing-masing disebut oksimyoglobin dan deoksimyoglobin. Jika air menempati posisi koordinasi keenam, maka ion fero dioksidasi dengan cepat menjadi Fe3+, dan menghasilkan ferimyoglobin atau metmyoglobin yang tidak dapat mengikat oksigen. Dengan demikian, karakter nonpolar dari hem membantu mencegah molekul air untuk merusak kemampuan membawa oksigen dari molekul. Pemeliharaan dari status Fe2+ juga dibantu melalui system enzim yang mengkatalis reduksi dan ion feri (Fe3+à Fe2+)( Kendrew, 1983).

3.    Fungsi
Myoglobin adalah protein yang berukuran kecil (sekitar 17.200 dalton) yang terdapat di otot jantung dan otot rangka. Myoglobin berfungsi menyimpan dan memindahkan, menerima, dan melepas oksigen dari hemoglobin dalam sirkulasi ke enzim-enzim respirasi di dalam sel kontraktil. Ketika terjadi kerusakan pada otot, myoglobin dilepas ke dalam sirkulasi darah ( labkesehatan.blogspot.com 2010).
Myoglobin disaring dari darah oleh ginjal dan diekskresikan melalui urin. Jika sejumlah besar myoglobin yang dilepaskan ke dalam aliran darah, seperti setelah trauma parah, myoglobin berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal dan akhirnya mengakibatkan kegagalan ginjal. ( labkesehatan.blogspot.com 2010)
Peningkatan myoglobin serum terjadi 2-6 jam setelah terjadi kerusakan jaringan otot jantung atau otot rangka, mencapai kadar tetinggi dalam waktu 8-12 jam, dan kembali normal dalam waktu 18-36 jam. Myoglobin urin dapat dideteksi selama 3-7 hari setelah cedera otot.( labkesehatan.blogspot.com 2010)
Mamalia yang menyelam seperti ikan paus yang menyelam dalam waktu lama, memiliki myoglobin dalam konsentrasi tinggi dalam ototnya. Protein seperti myoglobin juga banyak ditemukan pada organisme sel tunggal.(Anonim, 2011)

4.    Mekanisme O2 Pada Myoglobin
Myoglobin adalah protein yang merupakan penyusun darah yang berperan mengikat oksigen. Myoglobin tidak cocok sebagai protein pengangkut oksigen, tetapi efektif sebagai protein penyimpan oksigen. Myoglobin pada jaringan otot merah mengikat oksigen yang dalam keadaan kekurangan oksigen akan dilepas sehingga bisa digunakan oleh mitokondria otot untuk sintesis ATP yang bergantung pada oksigen. Myoglobin yang teroksigenasi, molekulo oksigen menempati posisi koordinasi keenam dari atom besi dan juga gerakan His F8 serta residu yang secara kovalen berikatan dengan His F8 ke arah bidang cincin. Gerakan ini menimbulkan konformasi baru untuk bagian-bagian protein. .(Anonim, 2011)
Ketika O2 berikatan dengan myoglobin, ikatan antara satu molekul oksigen dengan Fe2+ berada tegak lurus terhadap bidang heme.  Molekul O2 kedua berikatan dengan sudut 121o terhadap bidang heme dan terarah menjauhi histidin distal. Pengikiatan oksigen disertai dengan putusnya ikatan garam anatar residu terminal karboksil pada keseluruhan subunit. Pengikatan O2 selanjutnya dipermudah karena jumlah ikatan garam yang putus menjadi lebih sedikit. Perubahan ini mempengaruhi struktur hemoglobin. Satu pasang sub unit α/ mengadakan rotasi terhadap pasangan α/ lain, sehingga menempatlkan tentramer dan meningkatkan afinitas heme terhadap O2. (Anonim, 2011)
   Saat oksigenasi, atom besi deoksihemoglobin bergerak ke dalam bidang cincin heme. Gerakan ini diteruskan pada histidin proximal, yang bergerak menuju bidang cincin dan dan pada residu asam amino yang melekat pada his F8. Oksigen yang telah terlepas dari hemoglobin menuju ke jaringan, hemoglobin kemudian mengamgkut CO2 dan proton ke dalam paru. (Anonim, 2011)

5.    Dampak Kekurangan dan Kelebihan Myoglobin
a.      Kekurangan
Kehilangan besi sehari-hari oleh laki-laki dewasa kira-kira antara 0,9 dan 1,0 mg/hari (12-14 mg/Kg/hari). Kehilangan tersebut berlangsung dari berbagai letak diantaranya pada dinding gastrointersinal  (0,6), kulit (0,2-0,3) dan ginjal (0,1). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kebanyakan kehilangan besi via daerah gastrointestinal (0,6 mg). dari 0,6 mg, sekitar 0,45 mg sesuai dari kehilangan darah/menit (-1 mL) dan 0,15 mg besi yang lain sesuai kehilangan empedu dan kematian sel mokusa. Kehilangan pada kulit kira-kira 0,2 sampai 0,3 mg besi berlagsung untuk kematian permukaan sel dari kulit. Terakhir, kira-kira sangat sedikit, sekitar 0,1 mg, hilang di urin. Kehilangan besi, walaupun mungkin meningkat pada orang dengan ulkus gastrointensial atau parasit intestinal atau hemorange ditimbulkan oleh operasi atau luka yang sesuai. ( efotisme.blogspot.com 2011)
Kehilangan besi basal baru digambarkan sedikit (0,7-0,8 mg/hari) pada wanita karena daerah permukaannya lebih kecil. Kehilangan total premanopause wanita, walaupun diperkirakan kurang lebih 1,3 sampai 1,4 mg/hari karena kehilangan besi pada saat menstruasi. Rata-rata kehilangan darah selama siklus menstruasi sekitar 35 mL, dengan batas lebih sekitar 80 mL. Kandungan besi dalam darah sekitar 0,5 mg/100 mL darah, yang kehilangan hampir 17,5 mg besi per periode. Ketika dirata-ratakan lebih sebulan, kehilangan besi dalam menstruasi sekitar 0,5 mg per hari; pada beberapa wanita, kehilangan besi untuk menstruasi mungkin melebihi 1,4 mg/hari. Ekskresi besi meningkat pada orang sehat dengan asupan yang melebihi rata-rata konsentrasi besi ferritin pada kematian sel mokusa sel. ( efotisme.blogspot.com 2011)
Kehilangan besi basal, dengan rata-rata 0,7 sampai 1,0 mg/hari oleh laki-laki dewasa dan wanita pada saat menopause dengan pertambahan kehilangan besi meningkat dalam memformulasi RDA. Pada tahun 1989 RDA berasumsi absorpsi besi sekitar 10% dan telah diatur rekomendasinya 10 mg pada laki-laki dan wanita postmonopouse. RDA untuk besi pada wanita sebelum monepouse diatur 15 mg/hari. Karena kurangnya menstruasi selama kehamilan dan bertambah atau lebih efisien absorpsi besi yang juga berlangsung saat kehamilan, RDA menyarankan 30 mg besi/hari wanita hamil. Karena 30 mg besi lebih dari biasanya yang didapatkan dari diet, supplement yang biasanya digunakan. (efotisme.blogspot.com 2011)
Kekurangan zat besi akan menyebabkan terjadinya anemia gizi besi yang ditandai dengan gejala pucat, lemah, letih, lesu, penglihatan berkunang. Pada ibu hamil yang kekurangan zat besi akan mempunyai resiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah serta perdarahan sebelum dan saat persalinan (efotisme.blogspot.com 2011).
b.      Kelebihan
Peningkatan myoglobin darah berarti bahwa telah terjadi kerusakan sangat terbaru pada jantung atau jaringan otot rangka. Karena myoglobin juga ditemukan pada otot rangka, peningkatan kadar dapat terjadi pada pasien yang mengalami kecelakaan, kejang, operasi, atau penyakit otot, seperti distrofi otot (labkesehatan.blogspot.com 2010).
Kadar myoglobin biasanya sangat rendah atau tidak terdeteksi dalam urin. Tingginya kadar myoglobin urin mengindikasikan peningkatan risiko kerusakan ginjal dan kegagalan. Pengujian tambahan, seperti BUN, kreatinin, dan urine, dilakukan untuk memantau fungsi ginjal. Peningkatan sekresi myoglobin ke urin dapat menyebabkan reaksi dipstick positif untuk darah samar karena adanya aktivitas pseudoperoksidase. ( labkesehatan.blogspot.com 2010)
Peningkatan kadar myoglobin serum dapat dijumpai pada infark miokard akut (AMI), cedera otot rangka, luka bakar berat, polimiositis, trauma, prosedur bedah, intoksisitas alkohol akut disertai delirium tremens, gagal ginjal, stress metabolik. (labkesehatan.blogspot.com 2010)
Myoglobinuria (myoglobin dalam urin) dapat dijumpai pada kerusakan miokardium akibat AMI, cedera jaringan otot traumatik, iskemia berat, ketoasidosis diabetik, delirium tremens, infeksi sistemik disertai demam, luka bakar berat, serta distrofi muskular ( labkesehatan.blogspot.com 2010).

C.  PENUTUP
Dengan adanya penemuan-penemuan tentang myoglobin, kita akhirnya dapat lebih memahami tentang proses-proses yang terjadi pada myoglobin dan perannya didalam tubuh makhluk hidup terutama dalam tubuh manusia. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, manusia dapat melacak proses yang terjadi pada myoglobin serta dapat memprediksi hal-hal yang dapat terjadi diakibatkan oleh kekurangan atau kelebihan myoglobin serta pencegahan terhadapnya.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim,……., Struktur dan Fungsi Hemoglobin dan Myoglobin
Kendrew, J. C., 1963. Myoglobin and the Structure of Proteins. Science 139:1259
Lehninger, A.L, 1991, Dasar-dasar Biokimia, Terjemahan: Maggy Thenawidjaja.Penerbit Erlangga, Jakarta
Nelson, D. L. and Cox, M. M.,    , Lehninger Principles Of Biochemistry Fourth Edition, e-book

Tidak ada komentar: