Tembaga
adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada
1038ºC. Karena potensial elektrode standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan
Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer,
meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Ada dua deret senyawa
tembaga. Senyawa-senyawa tembaga(I) diturunkan dari tembaga(I) oksida Cu2O
yang merah, dan mengandung ion tembaga(I), Cu+. Senyawa-senyawa ini
tak berwarna, kebanyakan garam tembaga(I) tak larut dalam air, perilakunya
mirip senyawa perak(I). Mereka mudah dioksidasi menjadi senyawa tembaga(II),
yang dapat diturunkan dari tembaga(II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam
tembaga(II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam
larutan air. Garam-garam tembaga(II) anhidrat, seperti tembaga(II) sulfat
anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan
air selalu terdapat ion kompleks tetraakuo.
Tembaga
memiliki elektron s tunggal di luar kulit 3d yang terisi. Ini agak kurang umum
dengan golongan alkali kecuali stoikiometri formal dalam tingkat oksidasi +1.
Kulit d yang terisi jauh kurang efektif daripada kulit gas mulia dalam
melindungi elektron s dalam muatan inti, sehingga potensial pengionan pertama
Cu lebih tinggi daripada golongan alkali. Karena elektron-elektron pada kulit d
juga dilibatkan dalam ikatan logam, panas penyubliman dan titik leleh tembaga
juga jauh lebih tinggi daripada alkali. Faktor-faktor ini bertanggung jawab
bagi sifat lebih mulia tembaga. Pengaruhnya adalah membuat lebih kovalen dan
memberi energi kisi yang lebih tinggi.Logam tembaga termasuk golongan
transisi yang mempunyai kemampuan untuk membentuk senyawa kompleks dengan anion
atau molekul netral yang memiliki pasangan elektron bebas.
Dalam hal kompleks dari logam Cu, terdapat beberapa macam bilangan
koordinasi yang dapat dibentuk oleh logam ini dengan ligan, yaitu:
1.
Bilangan Koordinasi 2 dimana struktur
molekulnya yang lazim adalah linear, contoh: ion diklorokuprat(I) [CuCl2]-,
ion dibromokuprat(I) [CuBr2]-, karbonilklorotembaga(I)
[Cu(CO)Cl], Kalium disianokuprat(I) K[Cu(CN)2], ion
diaminatembaga(I) [Cu(NH3)2]+.
2.
Bilangan Koordinasi 3 dengan
struktur molekulnya yang lazim adalah trigonal planar, contoh: ion
triklorokuprat(I) [CuCl3]2-, ion trinitratokuprat(II)
[Cu(NO3)3]-,
klorobis(trisikloheksilfosfina)tembaga(I) [CuCl(Pcy3)2].
3.
Bilangan Koordinasi 4 dengan
struktur molekulnya yang lazim adalah tetrahedral atau bujur sangkar, contoh:
ion tetrasianokuprat(I) [Cu(CN)4]3-, amonium tetraklorokuprat(II)
(NH4)2[CuCl4], cesium tetraklorokuprat(II) Cs2[CuCl4],
cesium tetrabromokuprat(II) Cs2[CuBr4], ion
tetraaminatembaga(II) [Cu(NH3)4]2+
4.
Bilangan Koordinasi 5 dengan
struktur molekulnya yang lazim adalah trigonal bipiramidal, contoh: ion
pentaklorokuprat(II) [CuCl5]3-
5.
Bilangan Koordinasi 6 dengan
struktur molekulnya yang lazim adalah oktahedral, contoh: ion
heksaakuotembaga(II) [Cu(H2O)6]2+, ion
heksaaminatembaga (II) [Cu(NH3)6]2+, ion
tris(etilenadiamina)tembaga(II) [Cu(en)3]2+, kalium
heksafluorokuprat(III) K3[CuF6], dan cesium
heksafluorokuprat(IV) Cs2[CuF6].
Pusat tembaga di oksidase biru multicopper telah
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Klasifikasi
ini dapat diperluas dengan mencakup protein tembaga lainnya.
1. Tipe I
Merupakan pusat tembaga yang bertanggung
jawab untuk warna biru dari oksidase biru dan transfer electron pada
protein. Tembaga tipe ini memiliki sebuahband penyerapan yang intens didekat 600 nm dengan koefisien serapannya sekitar
100 kali lebih besar dari yang biasa koordinasi kompleks CuII,
bersama dengan serapan lain
sekitar 450 dan750nm.
2. Tipe II
Pusat ini, hadir
dalam oksidase biru multicopper, mirip dengan bentuk geometri tetragonal yang ditemukan
di kompleks koordinasi sederhana dari tembaga. Ini adalah ESR-aktif dan
memiliki sebuah spectra d-d normal,
yang sulit diukur dengan adanya tipe I karena serapannya yang intens. Tembaga non-biru
dioksidase sering dianggap sebagai tipe 2 tembaga, walaupun
hal ini tidak ditunjukkan oleh definisi aslinya.
3. Tipe III
Pusat
ini terdiri dari sepasang ion Cu II,
yang diamagnetik sebagai akibat dari interaksi antiferromagnetik. Hal
ini ditandai dengan daya serap yang kuat di sekitar 330 nm
dengan koefisien serapan dalam rentang 3000 -5000 dm3 mol-1cm-1. Tipe pusat ketiga
ini dikaitkan
dengan reaksi redoks dioksigen, karena
dapat mentransfer dua elektron dan memotong pembentukan superoksida reaktif.
4. Tembaga protein biru
Semuanya
tercantum dalam tabel di bawah ini,
yang mencakup rincian dari transfer elektron protein dan okidasi biru. (Wilkinson,
1987).
Tembaga
bersaing untuk penyerapan dalam saluran pencernaan, sehingga menyebabkan
kelebihan salah satu mineral tersebut dalam diet pemakanan menjurus kepada
kekurangan mineral yang satu lagi. RDA tembaga untuk seorang
dewasa yang sehat adalah 0.9 mg sehari.
Tembaga diangkut paling banyak dalam aliran darah oleh sejenis protein plasma yang
dipanggil seruloplasmin. Apabila tembaga pertama
kali diserap di dalam perut, ia diangkut ke hatidan terikat pada albumin.
Tembaga memiliki peran penting dalam sejumlah enzim tumbuhan dan hewan,
termasuk sitokrom c oksidase yang berpusatkan tembaga dan enzim superoksida dismutase (mengandungi tembaga dan zink). Terutama mereka yang terlibat dalam katalisis transfer
elektron dan dalam transportasi dioksigen dan katalisis reaksinya.
Protein tembaga biru yang terlibat dalam pengangkutan elektron termasuklah
azurin dan plastosianin. Nama tembaga
biru berasal
daripada warna biru kuat yang terhasil akibat jalur penyerapan pengangkutan cas
ligan ke logam sekitar 600 nm. Dalam reaksi oksigenasi yaitu
tirosinase, oksidase askorbat, dan untuk transportasi oksigen (hemocyanin). Sebagian besar pusat
tembaga aktif biologis ditemukan dalam protein luar sel atau vesikel.
Azurin merupakan tembaga tipe I yang mengandung metaloenzim yang
terlibat dalam teransport electron pada proses fotosintesis dan respirasi.
Tembaga terikat pada rantai polipeptida tunggal (Wilkinson, 1987). Sitokrom c
dan nitrit reduktase akan terlibat dalam transfer electron ke, dari, atau dalam
azurin.(Malone,
Rosette; 2002)
Plastocyanin merupakan enzim tembaga
tipe I yang terdiri dari rantai polipeptida tunggal. Ditemukan dalam kloroplas
dan berfungsi sebagai pembawa electron esensial antara fotosistem II dan I
untuk semua tanaman dan beberapa alga. Plastocyanin dihasilkan dalam sitoplasma
sebagai precursor dengan berat molekul yang lebih tinggi, dengan polipeptida
tambahan yang sangat penting untuk transportasi dari protein ke dalam kloroplas
(Wilkinson, 1987).
Superoxide
dismustase merupakan dimer dari ion Cu dan ion Zn yang berfungsi dalam transfer
elekton yang ditemukan
dalam sitosol
serta dalam sel.
Adapun mekanismenya yaitu
(Malone, Rosette; 2002)
Homocyanin
adalah protein tembaga tipe III berinti ganda yang mengikat molekul oksigen.
Metalloprotein yang membawa dioksigen ekstraseluler di antropoda dan moluska.(Malone,
Rosette; 2002)
Pigmen hemosianinnya yang
mengandungi tembaga, berbanding dengan hemoglobin yang
mengandungi besi, untuk pengangkutan oksigen, oleh itu darahnya berwarna biru
dan bukan merah apabila dioksigenkan.
Kompleks tembaga
dalam bidang kesehatan dapat berfungsi sebagai kemoterapi untuk membunuh sel
tumor, contohnya yaitu Mono-dan bis (thiosemicarbazones)
atau CuKTS.(Farrel,
1999)
Reaksi
awal CuKTS dengan sel yaitu(Farrel, 1999)
Setelah
Cu(I)SR terbentuk, Cu akan mengalami beberapa reaksi redoks tiol atau reduktor
lainnya dengan O2. Rutan reaksinya yaitu:(Farrel, 1999)
Reaksi 2O2-* + 2H+
®
O2 + H2O2 dapat terjadi secara spontan atau
dapat dikatalisis oleh superoxide dismutase atau kompleks tembaga. Produksi
radikal hidroksil dapat menyebabkan sifat sitotoksik CuKTS atau
oksidasi protein tiol juga dapat menimblkan sitotoksisitas.
Tembaga bis (thiosemicarbazones) adalah kompleks netral yang juga
menampilkan berbagai koefisien partisi antara pelarut
nonpolar dan air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar